Judul : HEBRON JOURNAL
Pengarang : Arthur gish
Penerbit : Mizan
Tahun : 2008
Tebal : 550 hlm
Kondisi : bagus
Harga : Rp
55.000
Sinopsis :
“Aku
berteriak kepada tentara-tentara Israel itu apakah mereka bangga atas perbuatan
mereka, apakah ini namanya perdamaian, apakah ini Israel yang mereka
cita-citakan. Seorang tentara meludah ke arahku, jadi aku langsung mendekatinya
dan mempersilakannya meludahiku, Dia menolak tawaranku. Sebuah tank datang
menderu ke hadapanku, Moncong raksasanya mengarah kepadaku. Aku mengangkat
kedua tanganku di udara, berdoa,dan berteriak, `Tembak, tembak! Baruch hashem
Adonai! (Terpujilah nama Tuhan!)` Tank itu berhenti beberapa inci di hadapanku.
Aku lantas berlutut di jalanan, berdoa dengan tangan terangkat di udara. Aku
merasa sendiri, lemah, tak berdaya. Aku hanya bisa menjerit kepada Tuhan.”
Hebron Journal merekam pengalaman seorang sukarelawan penjaga perdamaian di
Palestina.
Pada 1995 hingga 2001, Arthur Gish seorang Kristiani yang
berkomitmen hidup bersama keluarga-keluarga Muslim dan melakukan aksi-aksi
anti-kekerasan menentang kekejaman Zionis Israel. Dalam membela rakyat
Palestina, Gish tak jarang harus menempuh bahaya, seperti menghadang tank dan
buldoser yang akan meratakan rumah dan pasar, atau menghadapi todongan senapan
tentara Israel. Gish juga berusaha menjembatani hubungan umat Muslim, Yahudi,
dan Kristen di Palestina yang telah terpecah belah akibat politik Zionis.
Catatan ini menunjukkan bahwa di tengah konflik antar umat beragama, kesadaran
yang jernih akan mampu melihat bahwa kezaliman adalah masalah bagi semua
manusia.
“Kesaksian Art Gish bercirikan kejujuran dan akurasi,menggambarkan
dengan jelas penderitaan di Palestina.” -Khalid Amayreh, jurnalis dan pemimpin
kelompok Islam Arthur G. Gish telah aktif selama 40 tahun mewujudkan perdamaian
dan keadilan sosial. Sejak muda, dia terlibat dalam gerakan menentang
keterlibatan AS dalam semua perang. Setelah pengabdian pertamanya di Palestina,
setiap tahun Gish tinggal beberapa bulan di Palestina untuk memperjuangkan
nasib rakyat Palestina. Lahir dan dibesarkan di sebuah lahan pertanian di
Pennsylvania, kini Gish menjadi petani organik. Istrinya, Peggy Faw Gish, juga
adalah aktivis perdamaian. Peggy kini bertugas di Irak, mendokumentasikan
pelanggaran HAM yang dilakukan tentara AS, dan bahkan sempat diculik.
“Mungkinkah cinta mengalahkan kebencian? Gish dan timnya membuktikannya. Dengan
mengekspos diri, tidak memaksa dan mengancam, mereka berhasil membuka
kemanusiaan dalam lubuk hati yang total terperangkap dalam neraka kekerasan.
Sebuah buku harapan yang memberi harapan.” Franz Magnis-Suseno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar