Judul : THE BOOK OF LOST THING / KITAB TENTANG YANG HILAN
Pengarang : John COnnoly
Penerbit : Gramedia
Tahun :2008
Tebal : 472 hlm
Kondisi : bagus
Harga : RP
40.000
Sinopsis :
“Dongeng ini
diperuntukkan bagi orang dewasa, terutama yang masih ingat saat-saat ketika
masa kanak-kanak mulai berlalu dan jalan menuju kedewasaan telah terbentang.”
David adalah
seorang anak laki-laki biasa berumur 12 tahun yang gemar membaca dan sangat
akrab dengan ibunya. Buku yang digemarinya adalah buku-buku dongeng dan buku
fiksi fantasi. Ibu David sering berkata bahwa buku-buku itu selalu menunggu
untuk dibaca, menunggu kisahnya untuk hidup di dalam imajinasi seseorang yang
membacanya.
Suatu ketika,
ibu David menderita sakit keras. Awalnya ia hanya dirawat di rumah dan diberi
obat-obatan. Namun, ibu David tidak kunjung sembuh juga dari penyakitnya
sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. David menjadi sangat sedih dengan
keadaan ibunya yang sakit-sakitan itu.
Setelah
berbulan-bulan dirawat di rumah sakit, ibu David meninggal dunia. Menghadapi
kenyataan tersebut, David pun merasa semakin sedih dan tertekan. Apalagi saat
mengetahui kalau ayahnya mulai dekat dengan Rose, perawat yang bekerja di rumah
sakit tempat ibu David dirawat dulu. Setelah ayah David dan Rose menikah, ia
tetap tidak bisa menerima keberadaan Rose, meskipun Rose selalu berusaha
berbuat baik terhadap David. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya
telah mencintai orang lain selain ibunya. David pun sering menarik diri,
berhalusinasi mendengar bisikan buku-buku di kamarnya, dan sering pingsan
secara mendadak.
Suatu hari,
keluarga David terpaksa harus pindah dari London. Serangan-serangan dari Jerman
membuat kota itu tidak aman lagi untuk ditinggali (ya, kisah ini bersetting
waktu ketika Perang Dunia II berlangsung). Mereka pindah ke rumah tua milik
keluarga Rose. Rose memberi David sebuah kamar di loteng. Kamar tersebut sangat
penuh dengan buku-buku cerita dan dongeng-dongeng. Rose sengaja memilih kamar
tersebut untuk David karena ia tahu David suka membaca dan ia melakukannya
untuk meluluhkan hati David.
David memang
menyukai kamar barunya. Di sana ia banyak menghabiskan waktunya dengan membaca.
Dongeng-dongeng dari negeri antah berantah tentang penyihir, raja-raja,
serigala, dan ksatria-ksatria memenuhi kepalanya. Bahkan, beberapa buku ada
yang digambari sendiri oleh mantan pemiliknya, Jonathan Tulvey, yang ternyata
adalah mendiang paman Rose.
Semakin hari,
David semakin membenci Rose dan adik angkatnya, Georgie. Ia menganggap mereka
berdua telah merenggut perhatian ayahnya darinya dan merasa dunia ini begitu
tidak adil karena telah mengambil ibunya. Belakangan, David mulai sering
melihat penampakan sosok makhluk berpunggung bungkuk yang berkeliaran di
kamarnya, seperti sedang mencari sesuatu. Ia juga lebih sering mendengar
bisikan-bisikan buku di rak-rak kamar tidurnya, lebih keras dari
bisikan-bisikan yang pernah ia dengar sebelumnya.
Pada suatu
malam, David mendengar panggilan ibunya yang mengatakan bahwa ia terperangkap
di suatu tempat asing dan meminta David untuk menyelamatkannya. Suara itu
menuntun David ke sebuah celah di tembok kebun cekung di halaman rumah. Tepat
saaDavid sampai di kebun itu, pesawat pengebom Jerman hampir jatuh dan menuju
ke arah David. David yang tidak punya pilihan pun bergegas memasuki celah itu
untuk menyelamatkan dirinya.
David menyadari
bahwa celah di kebun cekung itu menuntunnya memasuki sebuah dunia lain, dunia
fantasi yang sangat berbeda dari dunia kita yang biasa. Orang yang pertama
ditemuinya di dunia itu adalah si Tukang Kayu. Setelah mendengar cerita David,
si Tukang Kayu menegaskan bahwa ibunya telah benar-benar meninggal dan suara
yang didengarnya itu hanyalah tipuan makhluk jail berpunggung bungkuk yang
sering dilihat David berkeliaran di kamarnya. Akan tetapi, David sudah tidak
dapat kembali ke dunianya, karena celah tempat ia masuk tadi sudah tertutup. Si
Tukang Kayu mengajak David untuk menemui Raja yang memiliki Kitab Tentang yang
Telah Hilang. Konon, kitab milik Raja tersebut penuh dengan rahasia, ilmu, dan
pengetahuan-pengetahuan yang mungkin dapat membawa David kembali ke dunianya
lagi.
Lalu
berangkatlah ia bersama si Tukang Kayu untuk menemui Raja. Dalam perjalanan, si
Tukang Kayu banyak menolong David dari serangan-serangan serigala dan kaum
Loup. Namun, pada suatu saat, si Tukang Kayu lengah dan tidak dapat lagi
menahan serangan. Ia diseret ke dalam hutan oleh para serigala dan kaum Loup
tersebut. David pun melanjutkan perjalanannya sendiri.
Sepanjang
perjalanan menuju kastil Raja, keberanian dan ketangguhan David diuji. Ia
bertemu dengan Snow White yang menyebalkan dan dibenci oleh ketujuh kurcacinya;
seorang pemburu wanita yang sadis dan angkuh; Roland, ksatria yang telah
menjadi teman seperjalanan David dan diam-diam menyimpan perasaan khusus
terhadap sahabatnya sendiri, Raphael; Putri Tidur yang ternyata adalah sesosok
wanita pembunuh. Sementara itu, si Lelaki Bungkuk selalu membuntuti David dan
terus membujuknya untuk memberitahu nama adik tirinya.
Berhasilkah
David mendapatkan pertolongan dari Raja? Apa tujuan sebenarnya si Lelaki
Bungkuk tesebut? Lalu, apakah David dapat kembali ke dunianya? John Connolly
menyajikan kisah yang menegangkan, sedih, dan penuh perjuangan dalam buku ini.
Pada
bagian-bagian awal cerita, alurnya terasa membosankan, tetapi terasa semakin
cepat dan menegangkan ketika David memasuki dunia imajinasi itu. Buku ini pun
banyak mengandung adegan kekerasan yang memungkinkan pembacanya mengalami mimpi
buruk (seperti saya). Tidak salah jika penerbit telah memberi label ‘novel
dewasa’ pada bagian belakang kaver buku.
Secara
keseluruhan, buku ini sangat bagus. Alur, setting, sudut pandang, dan
penokohan disusun dengan sempurna oleh sang penulis. Inti dari ceritanya adalah
tentang pendewasaan diri si tokoh utama, David. Selain itu, saya juga menyukai
kisah-kisah yang disampaikan oleh Roland dan si Tukang Kayu, seperti dongeng
Hansel dan Gretel, Alexander dan Putri, sampai Little Red Riding Hood. Bedanya,
semua kisah dongeng tersebut sudah dimodifikasi oleh John Connolly menjadi
dongeng yang tragis dan sadis.
Sebagai novel
beraliran fantasi yang pertama kali ditulis oleh Connolly (ia dikenal sebagai
penulis buku misteri dan thriller), buku ini sangatlah apik. Salah satu
hal penting yang dapat saya pelajari dari kisahnya yaitu bahwa pertarungan yang
paling sulit adalah pertarungan melawan diri sendiri.
“Sebab dalam
diri setiap orang dewasa masih tersimpan jiwa kanak-kanaknya, dan dalam diri
setiap anak bersemayam jiwa yang kelak akan menjadi dewasa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar