Pengarang : A.Fuadi
Penerbit : Gramedia
Tahun :2011
Tebal : 432 hlm
Kondisi : bagus
Harga : Rp
40.000
Sinopsis :
Seumur
hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa
kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuk di rimba Bukit Barisan, main bola
di sawah dan mandi air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus melintasi
punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia
menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia
mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Di hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Di hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Dtulis oleh Ahmad Fuadi, mantan wartawan TEMPO & VOA, penerima 8 beasiswa luar negeri, penyuka fotografi, dan terakhir menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO Konservasi. Alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University, dan Royal Holloway, University of London ini meniatkan sebagian royalti trilogi ini untuk membangun Komunitas Mneara, sebuah lembaga sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu dengan basis sukarelawan.
***
"…amat berharga bukan saja sebagai karya seni, tetapi juga tentang proses pendidikan dan pembudayaan untuk terciptanya sumberdaya insani yang andal."
BJ Habibie
"Kisah inspiratif dengan selipan humor khas pondok. Jarang ada novel yang bercerita tentang apa yang terjadi di balik sebuah pondok yang penuh teka-teki. Buku ini sarat dengan vitamin bagi jiwa kita."
Andy F. Noya, Host acara Kick Andy
"...menyentuh, sekaligus menjadi diskusi kritis sekaligus simpatik tentang pendidikan kehidupan..."
Riri Riza, Pembuat Film

Tidak ada komentar:
Posting Komentar