Judul : SERIBU TAHUN KU MENANTI
Pengarang : Marga T
Penerbit : Gramedia
Tahun : 2005
Tebal : 310 hlm
Kondisi : bagus
Harga : Rp 25.000
Sinopsis :
Ishtar Hadiz yang cantik dikejar-kejar oleh pemujanya yang sinting. Karena jiwanya terancam, ibunya memaksanya untuk menikah dengan Dr. Wibowo. Tapi beberapa hari sebelum pesta, dia melarikan diri ke luar negeri, sebab dia mencintai yang lain.
Tak lama kemudian, suaminya meninggal dan dia menjadi ahli waris yang kaya. Dia berhasil mencapai cita-citanya untuk menjadi dokter, dan kembali ke tanah air. Namun hidupnya hampa.
Orang yang dicintainya ternyata tak bisa ditemukannya kembali. Wajah tak bernama yang selalu muncul dalam mimpinya membuat dirinya penasaran, selalu mencari, dan mencari.
Semua laki-laki yang melintas dalam hidupnya ternyata tak bis singgah: Mardi -- berkhianat, Robert -- egois, Alwi -- kekanak-kanakan, dan kini bosnya di rumah sakit juga tidak beres! Dia cuma mau dijadikan sarana bagi kepentingan sendiri.
Namun tanpa disadarinya, seseorang memperhatikannya terus dengan harapan Ishtar akan berpaling padanya dan melihat cinta dalam hatinya yang terus membara tak kunjung padam.
"Sudah seribu tahun kumenanti, Ish. Apakah kau mau menyuruh aku menanti seribu tahun lagi?"
Sanggupkah Ishar melupakan wajah yang dicintainya dan berpaling pada orang lain?
Tak lama kemudian, suaminya meninggal dan dia menjadi ahli waris yang kaya. Dia berhasil mencapai cita-citanya untuk menjadi dokter, dan kembali ke tanah air. Namun hidupnya hampa.
Orang yang dicintainya ternyata tak bisa ditemukannya kembali. Wajah tak bernama yang selalu muncul dalam mimpinya membuat dirinya penasaran, selalu mencari, dan mencari.
Semua laki-laki yang melintas dalam hidupnya ternyata tak bis singgah: Mardi -- berkhianat, Robert -- egois, Alwi -- kekanak-kanakan, dan kini bosnya di rumah sakit juga tidak beres! Dia cuma mau dijadikan sarana bagi kepentingan sendiri.
Namun tanpa disadarinya, seseorang memperhatikannya terus dengan harapan Ishtar akan berpaling padanya dan melihat cinta dalam hatinya yang terus membara tak kunjung padam.
"Sudah seribu tahun kumenanti, Ish. Apakah kau mau menyuruh aku menanti seribu tahun lagi?"
Sanggupkah Ishar melupakan wajah yang dicintainya dan berpaling pada orang lain?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar