Judul : JOURNEY TO HELL / Memoar Duka Mantan Penghuni Guantanamo
Pengarang : Mourad Benchellali
Penerbit : Alvabet
Tahun : 2007
Tebal : 312 hlm
Kondisi : Masih seperti baru 95%
Harga : Rp 25.000
Sinopsis :
Ketika peristiwa 11/9 meletus, Mourad berada beberapa mil dari perbatasan Afghanistan. Bersamaan
dengan bom-bom yang digelontorkan tentara Amerika serta pergerakan tentara Aliansi Utara (Northern
Alliance) menyerang Taliban, ia turut melarikan diri menuju kawasan pegunungan Hindu Kush. "Aku tak
pernah melakukan kejahatan," ujarnya meyakinkan diri. "Aku tak pernah membawa senjata dan tak
memerangi siapa pun."
Setelah berhasil keluar dari Afghanistan, di sebuah masjid di Pakistan, Mourad ditangkap angkatan
bersenjata Pakistan, kemudian diserahkan kepada tentara Amerika. Mulanya ditawan di Kandahar, lalu
dijebloskan ke penjara Guantanamo tanpa proses pengadilan. Tak pelak, ia pun dihadapkan pada
interogasi tiada henti, juga siksaan fisik dan tekanan batin yang tak terperi: diikat dengan rantai
besi, ditelanjangi, dilecehkan, dihina, diludahi, dibentak, atau dipukuli para tentara semaunya.
Di penjara Guantanamo, para interogator seperti hidup dalam atmosfer frustrasi: telah tertanam di
benak mereka bahwa semua informasi yang keluar dari mulut tawanan derajat kebenarannya berada di
titik nol persen. Bisa dibayangkan betapa mengerikan jika mereka berusaha melampiaskan rasa
frustrasi itu kepada tawanan. Mereka memang tak punya banyak cara untuk menenangkan diri. Dan,
tawananlah satu-satunya hiburan paling menyenangkan.
"Ketika membaca kisah ini, masyarakat bisa memutuskan penilaian mereka atas penjara
Guantanamo-bagaimana sistemnya bekerja, realitas proteksi yang diberikan kepada Amerika, dan
cara-cara mengorek kebenaran dari para tawanan...."
dengan bom-bom yang digelontorkan tentara Amerika serta pergerakan tentara Aliansi Utara (Northern
Alliance) menyerang Taliban, ia turut melarikan diri menuju kawasan pegunungan Hindu Kush. "Aku tak
pernah melakukan kejahatan," ujarnya meyakinkan diri. "Aku tak pernah membawa senjata dan tak
memerangi siapa pun."
Setelah berhasil keluar dari Afghanistan, di sebuah masjid di Pakistan, Mourad ditangkap angkatan
bersenjata Pakistan, kemudian diserahkan kepada tentara Amerika. Mulanya ditawan di Kandahar, lalu
dijebloskan ke penjara Guantanamo tanpa proses pengadilan. Tak pelak, ia pun dihadapkan pada
interogasi tiada henti, juga siksaan fisik dan tekanan batin yang tak terperi: diikat dengan rantai
besi, ditelanjangi, dilecehkan, dihina, diludahi, dibentak, atau dipukuli para tentara semaunya.
Di penjara Guantanamo, para interogator seperti hidup dalam atmosfer frustrasi: telah tertanam di
benak mereka bahwa semua informasi yang keluar dari mulut tawanan derajat kebenarannya berada di
titik nol persen. Bisa dibayangkan betapa mengerikan jika mereka berusaha melampiaskan rasa
frustrasi itu kepada tawanan. Mereka memang tak punya banyak cara untuk menenangkan diri. Dan,
tawananlah satu-satunya hiburan paling menyenangkan.
"Ketika membaca kisah ini, masyarakat bisa memutuskan penilaian mereka atas penjara
Guantanamo-bagaimana sistemnya bekerja, realitas proteksi yang diberikan kepada Amerika, dan
cara-cara mengorek kebenaran dari para tawanan...."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar